Jumat, 21 Juni 2013

Leave a Comment

Silpa APBD 2012 Ngawi Mencapai Rp 104,3 Miliar

Silpa APBD 2012 Ngawi Mencapai Rp 104,3 miliar lebih. Jumlah tersebut meningkat Rp 23 miliar atau sekitar 28,2 persen dibandingkan 2011 yang ‘’hanya’’ berkisar Rp 81,3 miliar.
Kalangan legislatif menuding meroketnya silpa itu akibat kurang matangnya perencanaan yang dilakukan eksekutif. ‘’Eksekutif tidak serius. Seharusnya Januari on the track, lha wong APBD didok November,’’ kata Agus Wiyono, jubir Fraksi PAN, dalam pendapat akhir terhadap jawaban bupati mengenai laporan pertanggungjawaban pelaksanaan (LPP) APBD 2012 kemarin (18/6).

Menurut Agus, silpa dapat ditekan jika eksekutif serius melakukan penyerapan maksimal. Di antaranya, dengan melakukan pelelangan proyek fisik sejak Januari dan Februari lalu, jauh hari sebelum harga BBM naik. Pun dia menyebut silpa 2012 terancam tak terealisasi maksimal dan berpotensi menyumbang silpa tahun depan jika dipaksakan pada proyek fisik. ‘’Jika dipaksakan fisik banyak rekanan yang tidak mau menawar. Ini harus dicarikan solusi,’’ tegasnya.

Soal banyaknya anggaran di dinas pendidikan yang tak terserap maksimal, menurut dia, salah satunya karena karena dindik tidak memiliki tenaga teknis di bawah kabid untuk mengurusi proyek fisik. Sebab, SDM dindik mayoritas ber-background pendidikan. Dia mencontohkan kasi SD yang merupakan mantan kasek sehingga masih buta seputar proyek. ‘’Harusnya menyiapkan SDM yang memiliki keahlian khusus di bidang konstruksi sehingga dapat mengurangi silpa,’’ ungkapnya.

Bupati Budi Sulistyono dalam jawabannya terkait pandangan umum fraksi mengatakan, trend kenaikan silpa dari tahun ke tahun tidak lepas dari belum terlaksananya program kegiatan karena terjadi keterlambatan juklak dan juknis proyek yang bersumber dari DAK. Selain itu, adanya perubahan undang-undang yang sifatnya khusus di tengah pelaksanaan kegiatan. ‘’Dan, ini tidak dapat diantisispasi karena aturannya berubah-ubah,’’ ujarnya.

Kanang-sapaan akrab Budi Sulistyono-menyatakan kecenderungan dindik sebagai penyumbang silpa terbesar karena program penambahan dan rehabilitasi ruang SD dan SMP. Namun, setelah proses pelelangan dibuka tak ada satu pun kontraktor yang menawar. Kendala lain, kata dia, program pengadaan alat praktik, peraga siswa, dan pengadaan perlengkapan sekolah waktunya terlalu mepet. ‘’Juknisnya turun mendadak, sehingga tidak dapat direalisasikan,’’ katanya. Radarmadiun
Admin
Terimakasih sudah berkunjung semoga tulisan yang ada di website ini bisa bermanfaat, komentar anda sangat kami harapkan.

0 komentar:

Posting Komentar