Jumat, 21 Juni 2013

Leave a Comment

Dinas Pendidikan (Dindik) Ngawi Mendapat Sorotan

Dinas Pendidikan (Dindik) Ngawi mendapat sorotan tajam dalam paripurna Laporan Pertanggungjawaban Pelaksanaan (LPP) APBD Ngawi 2012 kemarin (17/6). Dinas yang dinahkodai Abimanyu itu dinilai tidak becus menyerap anggaran hingga menjadi penyumbang sisa lebih penggunaan anggaran (silpa) terbesar sepanjang sejarah.

Pada LPP APBD itu diketahui silpa 2012 senilai Rp 104 miliar lebih, 40 persen di antaranya dari dindik. Pun lima dari tujuh fraksi di DPRD menyorot ‘’prestasi spektakuler’’ dindik tersebut. ‘’Dindik selalu memecahkan rekor silpa terbesar. Ini harus dievaluasi,’’ kata H Sunardi, jubir Fraksi Hanura, dalam pandangan umumnya.

Dijelaskan Sunardi, tingginya Silpa itu tidak lepas dari banyaknya duit yang masuk ke dindik. Selain digelontor anggaran yang bersumber dari APBN, dindik juga mendapat bantuan modal terbesar, bantuan tidak langsung terbesar, dan menyedot belanja daerah 51 persen lebih.

Kondisi itu, kata Sunardi, membuat Dindik lupa kodratnya mencerdaskan pelajar Ngawi. Alasannya, prestasi pelajar setempat masih jauh tertinggal di tingkat Jatim. ‘’Dindik lebih banyak mengurusi proyek dibandingkan pembangunan non fisik seperti mencerdaskan pelajar Ngawi,’’ ungkapnya.

Maryoto, jubir Fraksi Indonesia Sejahtera, menyebut dindik mendominasi belanja total dari SKPD yang lain. Pihaknya khawatir dindik lebih menginterpretasikan pekerjaan non fisik dibandingkan mutu pendidikan di Ngawi, sehingga masih ada sejumlah pelajar yang tidak lulus. ‘’Dindik bukan dinas konstruksi fisik, harusnya lebih mengedepankan mutu pendidikan dan perstasi, sehingga banyak catatan yang sebenarnya akan kami sampikan,’’ ungkapnya.

Maryoto mengatakan, ada dua kemungkinan yang menyebabkan silpa dindik membengkak. Yakni, karena waktunya mepet sehingga tidak memungkinkan untuk direalisasikan. Selain itu, karena SDM-nya lelet sehingga puluhan miliar anggaran tidak terserap maksimal.

Di sisi lain, pihaknya mengklaim masukan yang disampaikan bukan berarti untuk menjatuhkan dan mencari kelemahan eksekutif dalam menjalankan program yang ada. ‘’Tapi ini masukan agar program kerja ke depan jauh lebih baik demi kesejahteraan masyarakat,’’ tuturnya.

Fraksi Golkar melalui jubirnya Kuswandono mempertanyakan belanja tak langsung di dindik dan alasan seolah dinas itu terkesan diistimewakan pemkab dengan mengelontorkan anggaran gede. ‘’Mengapa silpa dari tahun ke tahun meningkat?’’

Sementara, Fraksi PDIP melalui jubirnya Slamet Riyanto jubir menyatakan tinginya silpa 2012 yang mencapai Rp 104 miliar lebih disarankan agar difokuskan untuk perbaikan jalan. Itu mengingat masih banyak infrastruktur jalan di Ngawi yang rusak berat. ‘’Idealnya untuk perbaikan jalan,’’ tegasnya.

Kepala Dindik Ngawi Abimanyu belum berhasil dikonfirmasi terkait dengan besarnya silpa 2012. Berulang kali dihubungi via handphone-nya di-reject. SMS yang dikirim wartawan koran ini juga tidak dibalas. Radarmadiun
Admin
Terimakasih sudah berkunjung semoga tulisan yang ada di website ini bisa bermanfaat, komentar anda sangat kami harapkan.

0 komentar:

Posting Komentar